BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Imbang cairan tubuh sangat tergantung dari asupan air via
rangsang haus dan pengeluarannya via urin, secara hormonal hal ini diatur oleh
arginin vasopresin (AVP) yang dikenal pula sebagai ‘hormon anti diuretik’.
SIADH adalah sindrom yang mekanismenya berlawanan dengan hal
tsb, karena gagalnya keluaran air bebas via urin, kepekatan urin terganggu,
hiponatremia, hipoosmalalitas dan natriuresis. Sindrome ini sangat jarang
(masuk daftar penyakit yang jarang, survey NIH , AS) yang berarti SIADH dan
penyakit sejenisnya hanya berefek pada kurang dari 200.000 penduduk AS. Walau
jarang pada pasien dewasa, pada anak sering menyertai kondisi pasien dengan
hipotonik normovolemia dan hiponatremia. Angka insiden yang pasti sulit
diketahui, karena penyakit ini bersifat sementara atau kronis. Pada kondisi
lain berhubungan dengan gejala efek samping obat atau lesi pada paru atau
sistem syaraf. Kumpulan tanda klinis awal (Cardinal) ditemukan oleh Bartter dan
Scwhartz.
1.2
Tujuan
a.
Mengetahui tentang penyakit SIADH
b.
Mengetahui
hal-hal yang berhubungan dengan SIADH
c.
Mengetahui
asuhan keperawatan pada SIADH
1.3
Manfaat
a.
Memahami
hal-hal yang berhubungan dengan SIADH
b.
Meningkatkan
pemahaman terhadap teori SIADH
c.
Meningkatkan
pemahaman terhadap asuhan keperawatan tentang SIADH
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sindrome Of Inappropriate Antidiuretik Hormon (SIADH) adalah
suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan
ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari
hipofisis posterior (Barbara K.Timby).
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH
yang berlebihan dari lobus posterior dan dari sumber ektopik yang lain (Black
dan Matassarin Jacob, 1993).
SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan
jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan (Corwin, 2001)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat
peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas
darah dalam tingkat yang lebih ringan (Corwin, 2001).
Nama lain dari SIADH adalah Inappropriate ADH syndrome,
Schwartz-Bartter syndrome, Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
secretion.
2.2
Etiologi
Produksi dari vasopressin oleh sel tumor (seperti
bronkogenik, pankreatik, kanker prostate dan limfoma dari duodenum, tymus dan
kandung kemih adalah yang paling umum sering meyebabkan SIADH) (Black dan
Matassarin, 1993).
Factor lain yang menyebabkan SIADH :
· Kelebihan vasopressin
· Peningkatan tekanan intracranial
baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
·
Proses
inflamasi (virus dan bakteri pneumonia)
·
Obat yang dapat
merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan ocytocin)
·
Penyakit
endokrin seperti insufislensi adrenal, mixedema dan insufisiensi pituitary
anterior
·
Analgesic
·
Muntah
Faktor Pencetus :
· Trauma Kepala
· Meningitis.
· Ensefalitis.
· Neoplasma.
· Cedera Serebrovaskuler.
· Pembedahan.
·
Penyakit Endokrin.
2.3
Patofisiologi
2.4
Manifestasi Klinis
Manifestasi yang berhubungan dengan
SIADH adalah :
· hiponatremi,
· mobilitas gastrointestinal menurun
(Anorexia).
·
peningkatan
berat badan secara tiba-tiba (tanpa oedema) sekitar 5-10 %.
· distensi vena jugularis.
· takhipnea.
· Kelemahan
· Letargi
· Sakit kepala
· Mual dan muntah
· Kekacauan mental.
· Kejang.
·
Penurunan keluaran urine
2.5
Komplikasi
Komplikasi atau gejala sisa dari SIADH,
meliputi:
· hipourisemia
· overload cairan
· penurunan levels klorida (plasma
atau serum)
· penurunan Osmolaritas (plasma)
· hipokalemia
· hipomagnesemia
· peningkatan level Natrium (urin)
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala
dan konfunsi sampai kejang otot,koma dan intoksikasi air.
2.6
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada SIADH
adalah :
· Mencari penyebabnya jika mungkin
· Ukur cairan elektrolit yang tidak
seimbang
·
Mencegah terjadinya komplikasi
Rencana penatalaksanaan
non farmakologi :
· Pembatasan cairan (control
kemungkinan kelebihan cairan)
·
Pembatasan sodium
Rencana penatalaksanaan
farmakologi :
·
Penggunaan
diuretic untuk mengeluarkan cairan
·
Penggunaan obat
demeclocycline, untuk menekan vosopresin
· Pengobatan khusus = prosedur
pembedahan
Pengangkatan
jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi tumor
ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Tatalaksana
cairan :
· Restriksi cairan 500 mL lebih rendah
dari urin output
· Pasien dengan gejala atau tanda yang
berat (berikan infus Hypertonic Saline = 0.05 mL/kgBB/menit)
· Bila gejala Hyponatremia tampak
dalam 24 – 48 jam dan perlu koreksi cepat, hati-hatilah risiko infuse salin
menyebabkan CPM (Central Pontine Myelinolysis).
· Bila disertai gejala yang berat
(bingung hebat, kejang atau koma) segera berikan infus hipertonik salin (5%),
sebanyak 200-300 ml, selama 3-4 jam.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
· Pentingnya memenuhi batasan cairan
untuk periode yang di programkan untuk membantu pasien merencanakan masukan
cairan yang diizinkan
·
Perkaya diit
dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara
kontinyu.
·
Timbang berat
badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
·
Indicator
intoksikasi air dan hiponatremi : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera
lapor dokter.
·
Obat-obatan
yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
·
Pentingnya
tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
·
Untuk kasus
ringan, retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara
spontan lenyap. Apabila penyakit lebih parah, maka diberikan diuretik dan obat
yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.
2.7
Asuhan Keperawatan Pada SIADH
A.
PENGKAJIAN
B1 (Breathing) :
Takhipnea
B2 (Blood) :
·
Inspeksi
: Distensi vena jugularis.
·
Auskultasi :
Takikardia.
B3 ( Brain ) :
·
Kekacauan
mental.
·
Kejang.
·
Sakit kepala
·
Confusion
·
Disorientasi
·
Seizure
B4 ( Bladder )
·
Penurunan
volume urine
·
Penurunan frekuensi
berkemih
B5 ( Bowel )
·
Mobilitas
gastrointestinal menurun (Anorexia).
·
Mual dan muntah
·
Peningkatan berat badan secara tiba-tiba (tanpa oedema) sekitar 5-10 %.
B6 ( Bone )
·
Kelemahan
·
Letargi
·
Perkusi :
Penurunan refleks tendon dalam
·
Twiching pada otot
Pemeriksaan Diagnostik
·
Natrium serum
menurun <135 M Eq/L.
·
Natrium urin
kurang dari 15 M Eq/L, menandakan konservasi ginjal terhadap Na. Natrium urin
> 20 M Eq/L menandakan SIADH.
·
Kalium
serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan Kalium sedikit.
·
Klorida/bikarbonat
serum : mungkin menurun
·
Osmolalitas,
umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi
·
Berat jenis
urin : meningkat (> 1,020) bila ada SIADH.
·
Prosedur khusus :
tes fungsi ginjal adrenal, dan tiroid normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan pola
eliminasi berhubungan dengan penurunan volume urine.
2.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia
3.
Gangguan
keseimbangan caira lebih dari normal berhubungan dengan inhibisi ADH yang tidak
terkontrol
4.
Gangguan proses
pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
SIADH adalah gangguan
yang berhubungan dengan peningkatan jumlah ADH akibat ketidakseimbangan cairan.
·
Produksi dari
vasopressin oleh sel tumor (seperti bronkogenik, pankreatik, kanker prostate
dan limfoma dari duodenum, tymus dan kandung kemih adalah yang paling umum
sering meyebabkan SIADH).
·
Manifestasi
dari SIADH adalah hiponatremi
·
Komplikasi atau
gejala sisa dari SIADH
· hipourisemia
· overload cairan
· penurunan levels klorida (plasma
atau serum)
· penurunan Osmolaritas (plasma)
· hipokalemia
· hipomagnesemia
· peningkatan level Natrium (urin)
3.2
Saran
Dengan adanya
makalah tentang penyakit SIADH ini diharapkan kita sebagai perawat dapat memahami
hal-hal yang berhubungan tentang penyakit ini sehingga kita dapat memberika
asuhan keperawatan dengan baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar