BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seorang
dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari
orang lain. Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
dari usia manusia sebagai makhluk hidup yang terbatas oleh suatu putaran alam
dengan batas usia 55 tahun / lebih.
Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan
darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.
Dari
banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur
hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia.
Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung
koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh
penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian akibat stroke dan
morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi
1.2
Tujuan
Mengetahui definisi dari hipertensi
pada lansia
Dapat menjelaskan penyebab
terjadinya hipertensi pada lansia.
Mampu menjelaskan patofisiologi
hipertensi pada lansia
Mengetahui askep lansia dengan
hipertensi
1.3
Manfaat
Memahami definisi dari
hipertensi pada lansia
Memahami penyebab terjadinya
hipertensi pada lansia.
Memahami patofisiologi
hipertensi pada lansia
Memahami askep lansia dengan
hipertensi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hipertensi
merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan sistolik >140 mmHg
dan tekanan diastolik >90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001). Menurut WHO (1978), tekanan
darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi
hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
·
Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
·
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas :
·
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
·
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
2.3 Etiologi
Hipertensi
pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor, antara lain:
·
Kelelahan
·
Proses penuaan
·
Keturunan
·
Diet yang tidak seimbang
·
Stress
·
Sosial budaya
Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan–perubahan
pada :
·
Elastisitas dinding aorta menurun
·
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
·
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
·
Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
·
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
·
Faktor keturunan
Menurut data dari statistik terbukti
bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
·
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi adalah:
a.
Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b.
Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c.
Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
·
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering
menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
a.
Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b.
Kegemukan atau makan berlebihan
c.
Stress
d.
Merokok
e.
Minum alcohol
f.
Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan
penyebab hipertensi sekunder adalah :
·
Glomerulonefritis
·
Pielonefritis
·
Nekrosis tubular akut
·
Tumor
·
Vascular
·
Aterosklerosis
·
Hiperplasia
·
Trombosis
·
Aneurisma
·
Emboli kolestrol
·
Vaskulitis
·
Kelainan endokrin
·
DM
·
Hipertiroidisme
·
Hipotiroidisme
·
Saraf
·
Stroke
·
Ensepalitis
·
SGB
·
Obat–obatan
·
Kontrasepsi oral
·
Kortikosteroid
2.4 Tanda dan gejala
Tanda
dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah :
·
Sakit
kepala
·
Perdarahan hidung
·
Vertigo
·
Mual muntah
·
Perubahan
penglihatan
·
Kesemutan pada kaki dan tangan
·
Sesak
nafas
·
Kejang atau koma
·
Nyeri dada
Tanda
dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
·
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang
dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
·
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala
terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut
Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
2.5 Patofisiologi
2.6 Komplikasi
Akibat
atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada lansia adalah
:
·
gagal jantung
·
gagal ginjal
·
stroke (kerusakan otak)
·
kelumpuhan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
·
Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor–faktor
resiko seperti hiperkoagulabilitas dan anemia
·
BUN
Memberikan informasi tentang perfusi
ginjal
·
Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
·
Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan
adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
·
Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum
dapat menyebabkan hipertensi
·
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler)
·
Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
·
Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
·
Urinalisa
Darah, protein,
glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes.
·
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi
implikasi faktor resiko hipertensi
·
Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan
hiperadrenalisme
·
IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab
hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal/ureter.
·
Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi
pada area katub, perbesaran jantung
·
CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral,
ensefalopati
·
EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
2.8
Penatalaksanaan
·
Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara
lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis
keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk:
1.
Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2.
Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3.
Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4.
Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
·
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila
penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:
1.
Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2.
Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
3.
Faktor-faktor resiko penyakit jantung
ischemik yang lain harus dikontrol.
4.
Batasi aktivitas.
Pengelolaan
hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
·
Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai
tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi
sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
A. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1.
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2.
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3.
Penurunan berat badan
4.
Penurunan asupan etanol
5.
Menghentikan merokok
B.Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang
teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain
Intensitas olah
raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 –
25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu
dan paling baik 5 x perminggu
C.Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk
penderita hipertensi meliputi :
1.
Tehnik Biofeedback
Biofeedback
adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2.
Tehnik relaksasi
Relaksasi
adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
D.Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan
pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
·
Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak
hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan
standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL
COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA,
1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika,
beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a.
Dosis obat pertama dinaikkan.
b.
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama.
c.
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3 :
Alternatif yang bisa ditempuh :
a.
Obat ke-2 diganti
b.
Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4
Alternatif pemberian obatnya :
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan
terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka
panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas
kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
2.9
Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
·
Aktifitas/ istirahat
Gejala :
Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda
: Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
Sirkulasi
Gejala
: Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda
: Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis
Integritas Ego
Gejala
: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda
: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
·
Eliminasi
Gejala
: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi,
obstruksi, riwayat penyakit ginjal ), obstruksi.
·
Makanan/ cairan
Gejala
: Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat
badan normal atau obesitas, adanya oedem.
·
Neurosensori
Gejala
: Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan
penglihatan.
Tanda
: Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan
retina optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
·
Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala
: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
·
Pernafasan
Gejala
: Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda
: Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat
bantu pernafasan.
·
Keamanan
Gejala
: Gangguan koordinasi, cara brejalan.
B. Pemeriksaan Diagnostik
·
Hb: untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas).
·
BUN: memberi informasi tentang fungsi ginjal.
·
Glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
·
Kalsium serum
·
Kalium serum
·
Kolesterol dan trygliserid
·
Urin analisa
·
Foto dada
·
CT Scan
·
EKG
C.
Kemungkinan Diagosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
4.
Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
5.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn
6.
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
7.
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit
lapang pandang, motorik atau persepsi.
D. Intervensi
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan
: Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria
hasil :
·
Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
·
Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
:
· Pertahankan tirah baring selama fase akut.
R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
· Berikan tindakan
nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada
dahi, pijat punggung dan leher.
R/ Tindakan yang
menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya.
·
Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.
R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan vaskuler serebral.
· Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai kebutuhan.
R/ Meminimalkan penggunaan oksigen dan
aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.
· Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
R/ Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan
rangsangan saraf simpatis.
2.
G3 pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria Hasil :
· Klien menunjukkan
peningkatan berat badan
· Menunjukkan perilaku
meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi
· Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula
sesuai indikasi.
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang
terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan
intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
· Kaji ulang masukan kalori
harian dan pilihan diet.
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam
program diit terakhir..
· Dorong klien untuk
mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan
dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan
nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
· Intruksikan dan bantu
memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi
(mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak,
kuning telur, produk kalengan,jeroan).
R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan
kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
· Kolaborasi dengan ahli
gizi sesuai indikasi.
R/ Memberikan konseling dan bantuan dengan
memenuhi kebutuhan diet individual.
3.
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan
: tidak terjadi intoleransi aktivitas
Kriteria Hasil :
· Klien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan
· Melaporkan peningkatan
dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
· Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing
atau pingsan.
R/ Parameter
menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator
derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
· Kaji kesiapan untuk
meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil,
frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting
untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
· Dorong memajukan
aktivitas/toleransi perawatan diri.
R/ Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai
aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
· Berikan bantuan sesuai
kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan
duduk dan sebagainya.
R/ Teknik
penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
· Dorong
pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
R/ Jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
4.
Inefektif koping individu b.d mekanisme koping
tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
Tujuan
: klien menunjukkan tidak
ada tanda-tanda inefektif koping
Kriteria Hasil :
· Mengidentifikasi perilaku
koping efektif dan konsekuensinya
· menyatakan kesadaran
kemampuan koping / kekuatan pribadi
· mengidentifikasi
potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan
mengubahnya.
Intervensi
· Kaji keefektifan strategi
koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan
dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
R/ Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola
hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.
· Catat laporan gangguan
tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan
toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/ Manifestasi mekanisme koping maladaptif
mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi
penentu utama TD diastolic.
· Bantu klien untuk
mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
R/ Pengenalan terhadap stressor adalah
langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.
· Libatkan klien dalam
perencanaan perwatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana
pengobatan.
R/ Keterlibatan memberikan klien perasaan
kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat
menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
· Bantu klien untuk
mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk
menyesuaikan ketimbang membatalkan tujuan diri / keluarga.
R/ Perubahan yang perlu harus diprioritaskan
secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
5.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakitnya.
Tujuan
: Klien menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai
penyakitnya
Kriteria hasil
· Menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
· Mengidentifikasi efek
samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan
TD dalam parameter normal.
Intervensi
· Kaji tingkat pemahaman
klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan,
dan akibat lanjut.
R/ Mengidentifikasi tingkat pegetahuan
tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
· Bantu klien dalam
mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya
: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,
merokok, pola hidup penuh stress dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari
dengan teratur).
R/ Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan
hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
· Kaji kesiapan dan
hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R/ Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa
karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka
perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
· Jelaskan pada klien
tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan
gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
R/ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
klien tentang proses penyakit hipertensi.
6.
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh
darah.
Tujuan
: Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria Hasil :
· Klien berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah/beban kerja jantung
· Mempertahankan TD dalam
rentang individu yang dapat diterima,
· Memperlihatkan norma dan
frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi
· Observasi tekanan darah
R/ Perbandingan dari tekanan darah memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan vaskuler.
· Catat keberadaan,
kualitas denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan
femoralis mungkin teramati saat palpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi dan kongesti vena.
· Auskultasi tonus jantung
dan bunyi napas.
R/ S4 umum terdengar
pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi
dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik.
· Amati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/ Adanya pucat,
dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.
· Berikan
lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas atau keributan ligkungan,
batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
R/ Membantu untuk menurunkan rangsangan
simpatis, meningkatkan relaksasi.
· Anjurkan teknik
relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
R/ Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan
stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
· Kolaborasi dengan dokter
dalam pembrian terapi anti hipertensi dan diuretik.
R/ Menurunkan tekanan darah.
7.
Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang pandang,
motorik atau persepsi.
Tujuan
: Tidak terjadi cidera
Kriteria hasil:
·
Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
· Memperagakan tindakan
keamanan untuk mencegah cedera.
· Meminta bantuan bila
diperlukan.
Intervensi:
·
Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
R/ Membantu menurunkan cedera.
·
Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
o
Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
o
Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
o
Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan dengan lotion
emoltion.
R/ Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien
terhadap suhu.
·
Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan alat bantu.
R/ Penggunaan alat bantu yang tidak tepat atau tidak pas dapat meyebabkan
regangan atau jatuh.
·
Anjurkan klien
dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
R/ Keamanan
yang baik meminimalkan terjadinya cidera
E. Evaluasi
1.Apakah rasa nyeri pasien / sakit kepala berkurang ?
2.Apakah pasien sudah bisa beraktifitas sendiri / mandiri ?
3.Apakah pola nutrisi pasien seimbang atau normal ?
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
·
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg
·
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas
o
Hipertensi
o
Hipertensi sistolik terisolasi
·
Hipertensi pada lansia dapat disebabkan oleh interaksi bermacam-macam faktor
·
Komplikasi hipertensi pada lansia adalah
o
gagal jantung
o
gagal ginjal
o
stroke (kerusakan otak)
o
kelumpuhan.
·
Penatalaksanaan hipertensi pada lansia terdiri atas
o
Pencegahan primer
o
Pencegahan sekunder
Saran
Diharapkan
perawat lebih mengerti tentang konsep hipertensi pada lansia dan disarankan
perawat lebih banyak lagi mencari informasi tentang hipertensipada lansia
sehingga bisa menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat melaksanakan
asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar